Jumat, Agustus 22, 2008

Liburan Kelabu

Setelah pembagian raport kenaikan kelas, sebuah gank d’ Golden Angels yang terdiri dari lima cewek cakep yaitu Caroline, Louisa, Imelda, Matilda dan Clarissa merencanakan liburan ke Puncak selama 3 hari. Mereka telah merencanakan liburan itu matang-matang. Mereka tak mau perjalanan mereka berakhir sia-sia. Oleh karena itu, mereka telah mempersiapkan berbagai keperluan yang akan dibawa,obat-obatan,makanan dan lain-lain.
Mereka menyadari bahwa mereka hanya lima orang cewek biasa dan butuh dilindungi maka Imelda dan Clarissa merencanakan untuk mengajak pacar mereka berdua ikut serta liburan ke Puncak. Awalnya, Caroline, Louisa, dan Matilda tidak setuju, karena mereka iri, mereka kan tidak punya pacar. Namun, mereka mengalah dan paham bahwa pacar Imelda dan Clarissa cukup banyak dibutuhkan selama liburan.
Pada hari Jumat pagi sekitar jam 7 pagi mereka sudah meluncur menuju ke Puncak dengan berbekal ijin dari kedua orang tua mereka dan nasihat-nasihat yang bagi mereka cukup menyita waktu. Mereka berangkat dengan menggunakan mobil Innova Charles, pacar Imelda. Yayaya Charles boleh dibilang keren, cakep, plus tajir pula, tapi sedikit mengecewakan Charles lemah terhadap cewek. Yup Charles merupakan cowok playboy. Sedangkan Imelda cewek paling cakep dengan segudang bakat. Pacar Clarissa,bernama Alexander, dia cowok yang paling dekat dengan kata perfect. Alexander merupakan cowok yang gentle, baik hati, lembut, romantis, cakep, tajir, dan segudang kelebihan lainnya. Clarissa memang cewek yang beruntung dengan bodi yang oke plus muka blasteran yang bikin mata tiap cowok tertuju padanya, dan suara yang bagai berlian. Sedangkan Caroline, Louisa, dan Matilda bukannya jelek atau nggak oke di mata cowok-cowok. Jangan salah, gank d’ Golden Angels memang terkenal dengan personel yang cakep-cakep plus kelebihannya masing-masing. Contohnya Caroline cewek imut dan tajir yang sering menyabet juara kompetisi Ballet tingkat Internasional. Loisa cewek bermuka sensual dengan kepribadian yang unik dan tergolong cewek yang jenius di sekolahnya. Lalu, Matilda cewek berparas bagai malaikat, berhati lembut, penyayang dan satu lagi kelebihan unggulannya, yaitu jago banget bermain piano. Bisa dibilang anggota dari d’ Golden Angels memang sempurna di mata kalangan sekolah. Sekolah International Blue Diamond yang berlokasi di Jakarta yang merupakan sekolah favorit saat ini.
Mereka sampai dengan selamat di Puncak pada pukul 10 pagi. Di Puncak mereka menyewa villa dengan tiga kamar tidur, namun cewek-cewek itu tidak mau tidur terpisah, mereka takut terjadi apa-apa. Dari pagi hingga sore mereka keliling-keliling Puncak merasakan hawa yang jarang mereka hirup di Ibukota dengan cara jalan-jalan di sekitar villa, pada waktu menjelang makan malam mereka naik mobil untuk mencari makan. Setelah kenyang mereka tidur di kamar yang telah ditentukan.
Keesokan harinya Louisa bangun pagi sekitar jam 7,karena saat itu dia merasa haus. Louisa keluar kamar menuju ke dapur untuk membuat segelas susu cokelat panas. Ternyata di dapur ada Charles yang sedang berusaha membuat roti isi telur, kelihatannya ia kelaparan. Tapi namanya cowok, telur yang digoreng agak hangus. Louisa tertawa kecil melihat Charles yang kebingungan. Charles melihat Louisa, ia tergoda melihat tubuh indah Louisa yang masih menggunakan baju tidur. Secara tiba-tiba Charles mengecup bibir Louisa. Louisa yang merasa kaget, terpekik tertahan. Namun ia berusaha menenangkan dirinya, ia takut Imelda dapat mendengar pekikannya. Louisa tak mau menyakiti sahabatnya sendiri. Akhirnya Charles yang sedari tadi cengar-cengir, terdiam karena tamparan Louisa yang cukup keras. Louisa mengancam Charles agar Charles tidak macam-macam pada sahabat-sahabatnya, terutama Imelda. Charles hanya diam bak patung yang kakinya tertanam di lantai.
Sekitar pukul 8 malam Charles mengeluarkan tiga botol minuman keras dari mobilnya. Hal itu membuat semua orang di sana terkejut, tak terkecuali Imelda. Mereka merasa tak pernah janjian untuk membawa botol-botol yang berisi minuman yang memabukkan tersebut. Botol tersebut bernama Jack Daniels, Martel, dan Johny Walker. Untuk mencairkan suasana Charles dengan wajah tak berdosa mengajak agar bermain kartu dimana yang kalah diharuskan menegak satu sloki. Pada awalnya mereka dengan tegas menolak ajakan Charles, tapi entah suasana villa yang mendukung atau iman mereka yang tak kuat. Akhirnya mereka terbuai menikmati permainan kartu berbahaya tersebut.
Malam semakin larut,suasana semakin panas, botol minuman pun sekarang hanya tersisa setengah botol saja. Charles yang sudah teler pun membopong Imelda yang sudah tertidur pulas masuk ke dalam kamar. Kamar tersebut akhirnya menjadi saksi bisu atas terengut paksanya kegadisan Imelda, seorang gadis belia. Alex dan keempat cewek lainnya semua sama-sama tak sadarkan diri karena terlalu banyak meneguk minuman memabukan itu. Jadi tak ada seorang pun yang mengetahui atu pun dapat mencengah tindakan Charles yang sudah terlalu kelewat batas.
Esok pagi Imelda menangis sesegukan mendapati dirinya yang sudah telanjang bulat di balik selimut dan Charles yang sedang tertidur pulas di sebelahnya. Ia sangat malu, jengkel, marah, kecewa setelah ia melihat kain sprei bebercak darah keperawanannya, dari sana ia mengetahui bahwa dirinya tak perawan lagi. Ia begitu terpukul mengetahui kegadisannya telah terengut oleh cowok yang berada di sebelahnya sekarang. Alex, Louisa, Matilda, Caroline, dan Clarissa terbangun karena mandengar suara tangisan Imelda. Mereka merasa kesulitan saat bangun, mereka berjalan sempoyongan, mereka merasa mual dan pusing akibat menegak cairan bening berwarna kuning kemarin. Mereka menuju ke kamar dimana suara Imelda nyaring terdengar. Mereka benar-benar tak percaya apa yang dilihat di depan mata kepala mereka. Mereka mengerjap-ngerjapkan mata berulang-ulang kali untuk meyakinkan mereka tak salah lihat. Beberapa saat kemudian mereka tersadar apa yang harus dilakukan mereka. Alex menyeret Charles yang sedang tertidur dan menghajarnya di luar kamar. Sedangkan keempat sahabat itu berusaha menenangkan Imelda mati-matian.
“Hancur sudah masa depanku,girls!!!!”, jerit Imelda.
“Sudahlah, semua sudah terlanjur terjadi. Sekarang pakai bajumu dan berusaha untuk tenang,Mel.”, Carol berkata denagn lembut.
“Iya, yang harus kamu pikirkan sekarang, apa yang harus kamu katakan kepada kedua orang tuamu di rumah.”, jelas Matilda.
Imelda tak berkata apa-apa, ia merasa jatuh di titik yang paling kelam dalam hidupnya. Ia hanya berusaha meraih bajunya, kemudian memakainya kembali.
“Hmm.. aku tak bermaksud membuatmu khawatir, Mel. Tapi Charles tak mungkin menggunakan alat kontrasepsi dalam keadaan seperti tadi malam, bukankah begitu?”, tanya Clarissa hati-hati.
“Aku.. aku.. aku tak tahu... Bagaimana jika aku hamil? Aku takut. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa yang harus aku lakukan, seseorang tolong beritahu aku.. Akhhhhh!!!!!”, teriak histeris Imelda.
“Sebaiknya kita menyuruh Alex untuk berhenti menghajar Charles, aku takut Charles bakla mati babak belur. Dan sebaiknya kita memastikan apakah tadi malam Charles tidak menggunakan alat kontrasepsi.”, saran Louisa.
Tak lama kemudian Alex masuk ke kamar dengan Charles yang sudah tak terlihat ketampanan dari wajah lelaki brengsek itu.
“Kamu brengsek, Charles!!!! Tak kusangka kau begitu picik. Tega-teganya kau.. kau.. Aq benci kamu!!!!”, teriak Imelda dengan suara bergetar menahan tangis.
“Tenang, Mel. Kita harus bertanya kepastian masa depanmu.”, kata Clarissa berusaha menengahi.
“Charles, apa yang kau lakukan kepada Imelda?”, tanya Louisa lantang.
“Sorry,Mel. Aku nggak bermaksud untuk merusak masa depanmu. Aku melakukannya tak sadar, aku terbuai oleh suasana disini. Sorry,Mel. Pada saat itu.. aku.. tak memakai kondom, aku menyesal telah melakukannya,Mel.”, sesal Charles.
Imelda menghambur ke tubuh Charles dan berusaha sekuat tenaga memukul dada cowok yang sudah terkulai lemah itu. Matilda menarik tangan Imelda berusaha memeluk gadis itu. Ia merasa kasihan dengan apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Imelda menangisi nasibnya yang bagai telur di ujung tanduk. Ia benar-benar terpukul. Ia merasa depresi.
Maka hari itu mereka pulang,sebagai akhir dari liburan yang menyedihkan tersebut. Mereka pulang dengan perasaan yang kalut dan bingung apa yang harus diceritakan kepada kedua orang tua Imelda. Suasana terasa semakin mencekam dan menghimpit dada, karena pikiran yang tak menentu dari tiap orang di mobil itu serasa memenuhi ruangan dalam mobil.

Tidak ada komentar: