Jumat, Agustus 22, 2008

Refleksi Cinta Keyla

Keyla mengulurkan tangannya untuk mengambil sebuah nampan yang berisi setumpuk handuk kecil, sebuah sprayer, dan sekotak kecil krim pelicin. Dipandanginya benda-benda yang selalu mengisi hari-harinya itu. Benda yang membuatnya mampu bertahan dalam mengarungi kerasnya hidup ini, namun benda-benda itu pula yang membuatnya tidak mampu mengangkat muka dengan tegak, di hadapan masyarakat sekitarnya.
Masyarakat selama ini menilai bahwa pekerjaan seorang terapis, yang lebih mereka kenal dengan tukang pijat, adalah pekerjaan yang identik dengan service tambahan seperti panti pijat plus-plus. Apalagi jika pekerjaan itu dilakukan oleh seorang gadis belia seperti dirinya. Memang di usianya yang baru menginjak 19 tahun, ia harus menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Makanya dia tidak menolak ketika tetangganya yang mempunyai mitra di kota, menawarinya untuk menjadi terapis di sebuah pusat oriental refleksi.
Dengan berbagai pertimbangan,akhirnya dia memutuskan untuk menerima tawaran itu. Setelah menjalani training selama kurang lebih tiga bulan, ia akhirnya lulus dan mulai bekerja di sebuah pusat kebugaran.
Namun,ada satu hal yang ia sembunyikan selama ini. Keyla tidak mau kekasihnya sampai tahu bahwa ia bekerja sebagai tukang pijat. Di hadapan kekasihnya ia mengaku bekerja di sebuah toko sebagai kasir. Dan selama lebih dari dua tahun, semuanya berjalan lancar. Bukan hanya dalam karirnya saja, namun perjalanan cintanya pun terbilang mulus.
Hingga pada suatu hari, tragedi itu akhirnya terjadi. Saat itu Keyla dan rekan-rekannya sedang duduk-duduk di ruang tunggu, menunggu giliran mereka bekerja. Akhirnya resepsionis memanggil Keyla dan temannya untuk bekerja. Dengan penuh semangat mereka bangkit untuk mempersiapkan diri.
“Yul, kamu yang ambil air ya, biar aku siapin handuknya,” ucap Keyla pada Yulia.“OK Bos. Berangkat.”
Setelah kurang lebih lima menit direndam dengan air hangat, mereka berdua bersiap untuk melakukan pijatan.
“Key,kamu mijit yang laki ya, soalnya aku masih agak capek, tadi baru aja dapet tamu gede.”“Bereslah, serahin pada Keyla.Biar aku hajar sampai tolong-tolong,” ucap Keyla sambil mengangkat kedua lengannya untuk memperlihatkan lengannya yang kuat seperti Samsons.“OK Lets go,” lanjut Keyla.
Dengan semangat 45 mereka melangkah mendekati kedua tamu tersebut.“Cukup pak,” ujar Keyla singkat pada tamunya.“Baik Mbak, makasih,” sahut tamu itu sambil membalikkan tubuhnya menghadap Keyla.DUUUUUUUUUEEEEEEEEEEEERRRRRRRRRRRRRRRR.Bagai petir di siang bolong mengguncang tubuh Keyla begitu pria itu membalikkan tubuhnnya. Wajah yang tidak asing lagi baginya. Wajah itu selalu mengiringi malam-malamnya sebelum ia terlelap. Pria yang tak lain adalah kekasih yang selama ini dibohonginya, kini duduk di hadapannya.
Andre, kekasihnya pun tak kalah terkejut. Tak pernah ia membayangkan akan bertemu dengan Keyla dalam suasana seperti ini. Keduanya saling terpaku tanpa mampu berkata apa-apa. Sebenarnya banyak yang ingin Keyla jelaskan pada Andre, namun kerongkongannya terasa kering dan tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.
“Andre!” Dengan susah payah nama itu akhirnya keluar dari bibir Keyla.Gadis yang berada di sebelah Andre tampak terkejut begitu mendengar nama kekasihnya disebut oleh Keyla.“Kamu kenal dengan mbaknya ini Mas?” tanya gadis itu dengan tatapan penuh kecurigaan.“Mungkin karena aku sering refleksi di sini kali, jadi mbaknya tahu namaku,” jawab Andre gugup dan berusaha menyembunyikan kepanikkan di wajahnya.
Keyla memandang gadis itu, dan ia segera sadar bahwa kekasih yang selama ini begitu ia cintai ternyata telah berkhianat di belakangnya. Sebenarnya Keyla sangat marah mendengar semua itu. Namun ia tak mungkin meluapkan amarahnya di tempat seperti ini, apalagi dalam posisinya saat ini.
Mungkin ini juga kesalahan dirinya, karena ia tidak berterus terang pada Andre tentang pekerjaannya selama ini. Sebab Keyla sadar bahwa pekerjaannya mempunyai image yang negatif di mata masyarakat.Padahal semua pekerjaan sebenarnya halal, tetapi tingkah laku manusialah yang terkadang membuatnya menjadi ternoda.
Waktu sembilan puluh menit untuk terapi, terasa satu tahun di gurun pasir bagi Keyla. Dan begitu semua proses terapi selesai, Keyla langsung berlari ke belakang dan menumpahkan tangis yang sudah tidak mungkin tertahankan. Semua rekan kerjanya bingung dan panik, serta berusaha menenangkan Keyla. Dan Keyla baru mampu menenangkan dirinya setelah terdengar adzan maghrib berkumandang.
Ia segera bangkit dan mengambil air wudhu, lalu menunaikan sholat maghrib.Semua beban pikirannya ia tumpahkan kepada Allah SWT. Akhirnya ia mengambil keputusan untuk menjelaskan semuanya pada Andre. Diambilnya HP dan berusaha menghubungi Andre, namun nomor Andre tak bisa dihubungi. Ia terus mencoba dan mencoba, namun semuanya sia-sia. Mungkin Andre sudah tak lagi peduli dengannya. Siapa sih yang mau menjadi pacar seorang tukang pijat?
Kini sudah satu bulan sejak kejadian itu terjadi. Dan selama itu ia tak mampu menghubungi Andre. Mungkin Andre lebih memilih gadis itu dan melupakan dirinya untuk selamanya.
“Key, tamunya udah nunggu tuh, jangan kelamaan.”Keyla tersentak dari lamunannya. Dan dengan hati bimbang ia melangkah keluar ruangan. Tak ada lagi kemantapan di hatinya dalam menjalankan pekerjaannya. Apakah ia harus berhenti sebagai terapis atau terus bertahan demi kelangsungan hidupnya dan keluarganya, meskipun hati dan jiwanya merasa tersiksa.

Tidak ada komentar: